Download Ebook Manusia dan Alam Semesta - Murtadha Muthahhari
Alam
semesta merupakan ciptaan Tuhan, yang diciptakan melalui kehendak Tuhan. Ia
menolak pandangan dari apa yang disebut sebagai “Negative Theology” yang
menurutnya tidak punya gambaran yang jelas tentang Tuhan, yang disebutnya “the
Unknown Cause.” Menurutnya Islam merujuk dengan jelas Tuhannya yang berdiri
sebagai Pencipta. Pendapat Mutahhari yang menarik adalah tentang kesatuan alam.
Karena Tuhan adalah satu dalam esensi, sifat dan agensinya, maka alam semesta
sebagai karyanya juga menikmati kesatuannya yang organik.
Mutahhari
mengatakan bahwa dalam anotasi pada Prinsip Filsafat jilid 5 ia telah
menunjukkan bagaimana alam itu merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan tanpa menimbulkan kegoncangan secara keseluruhan. Juga
ditunjukkan di sana bagaimana hilangnya satu bagian dari alam akan sama dengan
hilangnya keseluruhan. Bahkan lebih dramatis lagi, ia mengatakan betapa
hilangnya “kejahatan-kejahatan” dari alam ini akan berarti hilangnya semua yang
ada di alam raya ini. Bahkan ia menyatakan bahwa filosof seperti Hegel juga
mengakui prinsip kesatuan organik dari alam semesta ini. Hubungan organik ini
sering diumpamakan oleh Mutahhari dengan hubungan antara anggota badan dengan
badannya itu sendiri. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa ia menolak
penjelasan kaum Materialis yang menurut hematnya hanya bisa menggambarkan
hubungan tersebut secara mekanik, bukan organik. Tetapi para teosofer (‘urafa’)
dan pemikir-pemikir kuno sering menggambarkan dunia sebagai “Manusia Besar” dan
manusia sebagai “Dunia kecil.” Jadi para teosofer dan bukan para filosof
(falasifa) yang lebih dekat pada pandangan dunia organik. Tentu saja kalau kita
kaitkan dengan perkembangan fisika baru yang lebih melihat alam sebagai
hubungan-hubungan yang saling terkait, maka pandangan Mutahhari tentang
kesatuan organik ini lebih maju dibanding dengan para filosof yang berpandangan
dunia mekanistik.
Pandangan
lain yang menarik dari Mutahhari tentang alam semesta ini adalah pernyataannya
yang mengatakan bahwa dunia terdiri dari gabungan antara dunia yang nyata dan
dunia yang ghaib. Kata gaib dapat diartikan sebagai yang tersembunyi. Yang
tersembunyi pada gilirannya dibagi lagi ke dalam dua bagian ghaib yang relatif
dan ghaib yang absolut. Ghaib yang relatif adalah benda-benda yang tersembunyi
karena terhalang oleh jarak, baik ruang maupun waktu. Sedangkan ghaib yang
absolutu merujuk kepada Tuhan, yakni esensi Tuhan. Yang menarik adalah ketika
Mutahhari menggambarkan hubungan antara yang nampak dan yang ghaib. Ia mengatakan
ketika kita bicara tentang dunia fisik yang nampak sebagai memiliki batas, maka
tidak berarti bahwa dunia ghaib berada di luar batas tersebut. Karena kalau
begitu dua ghaib berarti juga punya tatanan ruang sebagaimana dunia fisik. Oleh
karena itu, menurutnya hubungan itu paling mungkin digambarkan sebagaimana
hubungan antara figur dan bayangannya dalam cermin. Tentu saja ini mengingatkan
kita pada deskripsi Ibn ‘Arabi yang menggambarkan bahwa dunia ini adalah
refleksi dari wajah Tuhan yang Esa.
0 Comments