Download Ebook Detik-Detik yang Menentukan ~ B.J. Habibie
Buku Detik-Detik yang Menentukan: Jalan
Panjang Indonesia Menuju Demokrasi ini merupakan kumpulan catatan harian
Bacharuddin Jusuf Habibie, seorang aktor utama pelaku sejarah saat lahirnya
reformasi. “semua berdasarkan catatan yang ada pada saya. Tak ada hal yang saya
tulis berdasarkan katanya… katanya,” ujar seorang yang juga dianugrahi julukan
bapak disintegrasi dari lepasnya Timtim.
B.J. Habibie memulai memoarnya dengan
membuka catatan hariannya pada tanggal 20 Mei 1998. Malam itu beliau dikagetkan
oleh kabar yang datang dari Menteri Sekretaris Negara melalui telepon bahwa
besok pagi Pak Harto akan mengundurkan diri dari jabatannya. Padahal baru saja
kemarin malam Pak Harto bersama Habibie merumuskan susunan kabinet baru yang
akan diumumkan pada 23 Mei mendatang di Istana Merdeka di depan pimpinan
DPR/MPR. Ternyata keadan berubah begitu cepat.
Entah apa yang diinginkan Pak Harto dari
pengunduran dirinya yang diluar perencanaan itu. Habibie sama sekali tidak bisa
memperkirakan. Apakah dengan pengunduran dirinya itu berarti Pak Harto juga
menghendaki pengunduran diri Habibie? Mengingat pernyataan Pak Harto di hadapan
beberapa tokoh masyarakat yang seolah seperti meragukan kepemimpinan Habibie
kelak.
Habibie juga menuliskan pada catatan
hariannya bahwa silaturahimnya dengan Pak Harto, orang yang dihormati dan
dicintainya itu terputus semenjak 21 Mei 1998. Pak Harto enggan menemuinya.
Hanya sekali komunikasi terjadi, itupun melalui telepon. Yakni pada 8 Juni 1998
saat ulang tahun ke-77 Pak Harto. Lewat berbagai jalur Habibie berusaha
menghubungi Pak Harto, namun hasilnya nihil. Bahkan saat stroke pertamanya pada
September 1999 dokter dan perawat di rumah sakit melarang Habibie untuk
menemuinya.
21 Mei 1998 sejarah mencatat perpindahan
kekuasaan Presiden Republik Indonesia kepada Wakil Presiden Republik Indonesia.
Berbagai pernyataan negatif bermunculan. Banyak yang meragukan kepemimpinan
Habibie baik dari dalam maupun luar negeri. Menanggapi hal ini, Habibie tetap
berlapang dada dengan keteguhan prinsipnya. Habibie berpendapat bahwa
berpolemik dengan mereka yang meragukan kepemimpinannya hanya akan merugikan
bangsa dan negara. Satu-satunya cara untuk menghadapi mereka adalah dengan
karya nyata untuk membuktikan bahwa pernyataan mereka keliru.
Terbukti, Lee Kuan Yew seorang Menteri
Senior Singapura meralat pernyataanya melalui surat yang dilayangkannya ke
Menteri Negara BUMN Tanri Abeng. Lee mengucapkan selamat atas keberhasilan yang
dituai Habibie.
Lewat buku setebal 549 halaman ini juga
terungkap bagaimana sikap Habibie dalam menghadapi tekanan dari berbagai pihak.
Contohnya ketika Habibie didesak agar menyelenggarakan pemilu dalam waktu tiga
bulan. Habibie menolak dengan alasan, tak adil bila pemilu digelar sebelum
rakyat diberi kesempatan membentuk partai-partai yang akan membawa aspirasi dan
wawasan baru. Menurutnya pemilu baru bisa diselenggarakan sesegera mungkin satu
tahun kedepan. Seperti yang diketahui, pemilu 1999 diikuti tidak lebih dari 48
partai.
Yang menarik adalah uraian Habibie yang
seolah meluruskan isu negatif seputar “ancaman” Prabowo. Yang beredar di
masyarakat saat itu adalah Prabowo mendatangi Habibie untuk meminta jabatan
Pangab dengan membawa senjata. Ternyata isu ini tidak benar sama sekali. Lewat
buku ini teungkap pula bagaimana sikap Habibie melobi Pemerintah Jerman untuk
membantu pemulihan perekonomian Indonesia.
Habibie, sebagai seorang yang
memperjuangkan HAM dan demokrasi telah membuktikan melalui sikapnya dalam
mengatasi masalah Timtim. Provinsi ke-27 yang pada akhirnya lepas dari wilayah NKRI melalui referendum.
Menurutnya, pembukaan UUD 1945 dengan tegas menyatakan bahwa kemerdekaan adalah
hak segala bangsa. Sudah saatnya Indonesia secara jujur melihat Timor Timur
yang semula memang di luar NKRI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945.
Di akhir buku ini tergambar jelas
bagaimana kebesaran hati seorang Habibie yang tidak bersedia mencalonkan
ataupun dicalonkan kembali sebagai presiden saat laporan pertanggung jawabannya
ditolak. Walaupun sebenarnya tidak ada perundang-undangan yang melarang
presiden untuk mencalonkan ataupun dicalonkan kembali ketika laporan
pertanggung jawabannya ditolak. Ia ingin menjaga etika dalam berdemokrasi
dengan tidak menggunakan berbagai macam cara untuk mempertahankan kekuasaan.
Buku Detik-Detik yang Menentukan: Jalan
Panjang Indonesia Menuju Demokrasi ini memang berpotensi menimbulkan pro dan
kontra dari para pelaku sejarah, mengingat buku ini adalah hasil dari catatan
harian Habibie. Bagaimanapun, buku ini banyak memberi informasi kepada kita
tentang segala hal yang dilakukan Habibie selama menjadi orang nomer satu di
negeri ini. Banyak terobosan yang dilakukannya. Tergambar jelas bagaimana
sikapnya sebagai seorang demokrat yang membuka jalan masuk demokrasi ke negeri
ini. menurutnya, seorang pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu
menjadikan generasi setelahnya mampu berkarya lebih baik darinya.
0 Comments